Mon Sourire
Foux
Part 2
Author;
nayamumt (twitter)
‘Kemana
Ozy?’
~
Acha
sendiri ikut tersenyum, ia juga menganggap Keke sangatlah cantik dan manis.
Pastinya hatinya juga.
“Oh
iya. Kayaknya kalau Keke duduk sama Ozy gimana? Kalau di belakang kasian Keke
nya, ntar gak kelihatan.”
Acha
mendelik kaget mendengar omongan bu Okky. Ada apa dengan guru itu? Dari cara
berbicaranya yang tajam dan biasanya tak peduli menjadi begitu care dengan
Keke. Dan terlebih lagi, kenapa ia harus kaget kalau Keke duduk bersama Ozy? Di
kelas X dulu, Ozy juga sempat duduk dengan perempuan lain. Dan Acha biasa saja.
Tapi entahlah, Acha merasa ada gejolak yang memaksanya untuk menahan Bu Okky
mendudukkan Keke dengan Ozy. Tapi, itu tak mungkin dirinya lakukan kan?
‘Oke
Acha. Kamu Cuma sahabatnya Ozy. Sahabat, oke sahabat! Mau Ozy duduk sama Keke
kek, Dea kek, atau sama siapapun terserah aja. Lagian Ozy gak mungkin kan
lupain kamu, Cha? Oke biasa aja Cha. Santai ...’ gumam Acha sendiri dalam hati.
Akhirnya
beberapa menit kemudian, Keke dipersilahkan duduk disamping Ozy. Ozy yang
memang dasarnya mudah bergaul, tersenyum kepada Keke. Ia menyapa Keke duluan.
“Achmad
Fauzy Adriansyah. Atau ... Ozy.” Ozy mengulurkan tangannya. Yang langsung
disambut hangat oleh uluran tangan Keke serta senyuman manisnya seperti gula
aren (nahloh).
“Keke
Angeline. Ng ... Keke,” Keke tersenyum malu. Sesegera mungkin ia mengalihkan
pandangannya ke lain arah karena semburat merah muncul di kedua pipinya.
~
Keke
POV.
Gue
duduk sama cowok yang ganteng itu? Duh gak kebayang gimana hari-hari gue duduk
disamping dia. Gue bakal berusaha semaksimal mungkin buat dia enjoy sama gue.
Dan gue gak akan nyia-nyiain ini. semoga dengan gue deket sama dia, gue bisa
ngelupain Deva.
Tunggu,
gue duduk disamping dia. Apa yang mau gue omongin? Kalau dia jaim gimana? Kalau
dia gak suka duduk sama cewek gimana? Aduh gawat, gawat, gawat!
“Achmad
Fauzy Adriansyah. Atau ... Ozy.”
Gue
baru sadar dia lagi ngenalin dirinya ke gue. Tunggu, dia juga ngulurin
tangannya? Persis kayak masih SD aja. Bahkan kayaknya SD gue gak kayak gitu.
Tapi itu gak membuat gue mau menolak uluran tangan dia.
Diluar
dogaan, he’s so kind and ... handsome. Tapi, gue takut ini Cuma karena ada Bu
Okky. Dan gue masih bingung sama suasana sekolah baru gue. Kayaknya diam lebih
baik.
Tapi,
gue akan berusaha untuk menjalani hari-hari gue senormal mungkin. Hari-hari
dimana jauh sebelum gue kenal Deva.
~
KRING!!
Jam
istirahat berbunyi membuat seisi kelas hendak bersorak. Untunglah mereka masih
ingat ada Bu Okky di dalam sini. Tapi Bu Okky sepertinya mengerti, beliau
langsung menyudahi pelajaran dan pergi keluar. Saat Bu Okky sudah berjalan 5
langkah keluar dari kelas itu ........
...........
“HOREEEEE!!”
sorak anak-anak kelas XI-IPA1 termasuk Dea. Lain dengan Acha yang masih
berkutat dengan soal Matematika, begitulah Acha. Ia selalu merasa penasaran dan
tak akan menyerah.
“Cha?
Pena gak perlu lo gigitin gitu kali! Udah istirahat juga. Lo mau menyia-nyiakan
waktu 35 menit ke depan dengan soal-soal Matematika yang hampir bikin otak gue
setengah sedeng ini?” tanya Dea.
“Nggak.
Gue Cuma penasaran aja sama jawaban nih soal. Gue nitip aja deh, De. Bakpao
coklat gimana?” tawar Acha memasang wajah tanpa dosa yang disambut Dea dengan
tatapan tajam.
“NO!
Gue males ntar balik ke kelas. Mending cari cogan-cogan SMA Harapan Bangsa di
kantin. Atau coba langsung ngedeketin mereka?” Dea malah sibuk dengan
pikirannya sendiri.
“Ok.
Lo duluan aja De, hushushhhhh.” Acha mengusir Dea layaknya kucing. Dea melengos
dan berjalan pergi ke kantin.
Sekitar
tiga menit kemudian,Acha mulai jenuh. Ia teringat sesuatu. Oh iya, Ozy! Acha segera
melirik bangku Ozy yang kosong. Acha melengos kecewa. Kemana sih Ozy? Biasanya Ozy
selalu menunggu dirinya untuk ke kantin bersama.
Dengan
langkah berat, Acha pun melangkah ke kantin seorang diri.
~
Ajaibnya,
di kantin masih banyak makanan enak yang bebas Acha beli. Semua terlihat enak
dan Acha ingin menyantap semuanya. Untunglah ia masih bisa menahan dirinya agar
tidak kalap makan terlalu banyak.
“Duh
... Ozy mana ya?” gumam Acha. “Apa SMS aja ya ...”
Ide
bagus untuk segera men-SMS Ozy! Acha menimang-nimang handphonenya, semenit
kemudian (lama banget ya-_-) ia pun memutuskan untuk menghubungi Ozy.
‘To:
Ozy
Zy.
Dimana? Kok ninggalin sih.’
Send!
Acha segera mengantongi ponselnya dan berjalan ke area kantin sembari menunduk,
entah kenapa ia merasa aneh jika tak ada Ozy disampingnya. Oke Acha,
bersikaplah biasa saja!
Karena
menunduk terlalu lama, Acha menabrak bahu seseorang. Sungguh itu tak disengaja!
Acha segera menoleh, dan melihat siapa yang ditabraknya.
Dia
...
Dia
....
Ray
Prasetya!
Oh,
Acha benar-benar kaget sekarang. Acha menutup mulutnya kaget, sedetik kemudian
ia segera meminta maaf.
“Rey?
Maaf ya, aku gak sengaja ... nggak apa-apa kan?” tanya Acha dengan tatapan
menyesal. Kini Acha merasa, puluhan pasang mata melirik ke arahnya. Yang dipanggil
Rey hanya menatap Acha tajam.
Rey?
Siapa Rey? Oh, dia Ray Prasetya. Murid yang dikenal bandel dan sering
keluar-masuk ruang BP. Entah sudah berapa poinnya, tapi ia belum juga di out
dari SMA ini. bingung juga kenapa ia bisa masuk di SMA ini.
Jangan
mencoba-coba menabrak bahu Rey, jangan coba-coba menatap Rey terlalu lama,
jangan coba-coba bersenggolan dengan Rey, jangan coba-coba melanggar perintah
Rey, dan apalagi meludahi Rey. Atau .... kamu siap untuk dikerjai habis-habisan
oleh Ray dan kawan-kawan.
Ray
menatap Acha tajam dan malas. Ia segera menatap Acha dengan tatapan
menyebalkan.
“Cih.
Berani-beraninya ya lo nabrak bahu gue sampai gue kedorong ke belakang? Ternyata
lo berani juga ya.” Ray tersenyum miring. Membuat Acha semakin takut, dengan
cepat Acha menunduk.
“Tatap
gue!” Ray mulai berseru dan menarik dagu Acha. Membuat Acha terpaksa melihat
ketampanan Ray (errr, lupakan. Ini efek penulis juga RayReady).
“Karena
lo cewek, lo gak akan berurusan dengan gue.” Ujar Ozy pelan sambil menatap Acha
lekat-lekat. Acha menghembuskan nafas sedikit lega.
“NGGAK!
Itu bukan jadi alasan. Lo tahu kan, gue gak akan semudah itu ngelepas mangsa?” tambah
Ray.
Apa?
Mangsa? Ray kira Acha ini apa? Acha tambah ketakutan. Berharap seseorang
melawannya.
Ray
menatap kedua bola mata Acha. Lalu berpindah, ia melihat dari ujung rambut
sampai kaki. “Well, lo cukup cantik.” Ray mengelus rambut panjang Acha. Membuat
Acha bergidik. Ray menggenggam jemari tangan Acha.
“Tapi, lo bakal dapet ini dari gue." Ray tersenyum miring, lalu sebelah tangannya mengambil air es yang ada di salah satu meja kantin dan ...
BYURRRR!
Menyirami satu gelas air es itu dari atas rambut Acha.
"Owwww ..." desis beberapa anak di kantin merasa kasihan, tapi tak mau berurusan dengan Ray.
Belum hilang rasa kaget Acha, Ray kembali mengguyur dengan segelas air es lagi. Berturut-turut hingga tiga kali. Dan untuk yang terakhir, Ray mengguyur kepala Acha dengan es jeruk. (abis berapa itu duit Rey?salah fokus salah fokus :v ) Membuat kepala Acha lengket-lengket sekarang.
Rey tertawa. "Mending kan gue kasih cuma kayak gini? Nggak pake cara yang lebih kasar."
Kemudian, Ray dan rekan-rekannya pergi. Menyisakan Acha yang terdiam dipandangi puluhan pasang mata.
"Masya Allah, Achaaaa! Lo kenapa?!" sebuah suara yang dikenali Acha membuat Acha sedikit tersadar dari diamnya. Tapi tak membuat Acha menoleh. Sampai si sumber suara itu datang, Acha tak bisa menahan untuk memeluk si sumber suara itu.
BRUK.
BYURRRR!
Menyirami satu gelas air es itu dari atas rambut Acha.
"Owwww ..." desis beberapa anak di kantin merasa kasihan, tapi tak mau berurusan dengan Ray.
Belum hilang rasa kaget Acha, Ray kembali mengguyur dengan segelas air es lagi. Berturut-turut hingga tiga kali. Dan untuk yang terakhir, Ray mengguyur kepala Acha dengan es jeruk. (abis berapa itu duit Rey?salah fokus salah fokus :v ) Membuat kepala Acha lengket-lengket sekarang.
Rey tertawa. "Mending kan gue kasih cuma kayak gini? Nggak pake cara yang lebih kasar."
Kemudian, Ray dan rekan-rekannya pergi. Menyisakan Acha yang terdiam dipandangi puluhan pasang mata.
"Masya Allah, Achaaaa! Lo kenapa?!" sebuah suara yang dikenali Acha membuat Acha sedikit tersadar dari diamnya. Tapi tak membuat Acha menoleh. Sampai si sumber suara itu datang, Acha tak bisa menahan untuk memeluk si sumber suara itu.
BRUK.
~
Lah itu saha lagi? Maaf gak jelas banget ini cerbung._.
Semoga
masih mau baca part 3 ya ><
Saya post minggu pagi deh ^,^
Saya post minggu pagi deh ^,^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar